*Penjelasan Parompa Sadun
Parompa Sadun
(biasanya diucapkan paroppa) adalah kain tenun tradisonal suku
Batak Angkola. Kain ini berukuran kurang lebih 100 x 200 cm, dihiasi dengan
manik-manik dan rumbai di ujung kain, dan tenunan motif khas. Kain adat ini
diberikan oleh orang tua seorang wanita yang baru di anugrahi anak pertama.
Parompa dimaksudkan sebagai kain gendong, meskipun tidak dipakai sehari-hari,
karena yang dipakai tiap hari untuk menggendong tetap kain batik panjang..
Upacara pemberian kain adat ini disebut Mangalehen Parompa. Kain adat ini
diselempangkan di bahu kedua orang tua bayi, seolah-olah dipakai untuk menggendong.
Pada waktu upacara seperti acara adat Batak lainnya hadir pihak-pihak yang
disebut Dalihan na Tolu, yaitu pihak dari keluarga suami (kahanggi), keluarga
dari pihak istri (Mora) dan keluarga dari pihak saudara wanita suami (Anak
Boru).
Permberian kain ini disertai nasihat dan doa dari semua yang hadir secara bergantian agar kelak anak yang baru dilahirkan akan menjadi anak yang berguna, yang merupakan perwujudan rasa syukur keluarga besar akan kehadiran anggota keluarga baru. Di sinipun diberikan juga nasi pangupa.
Permberian kain ini disertai nasihat dan doa dari semua yang hadir secara bergantian agar kelak anak yang baru dilahirkan akan menjadi anak yang berguna, yang merupakan perwujudan rasa syukur keluarga besar akan kehadiran anggota keluarga baru. Di sinipun diberikan juga nasi pangupa.
*Sejarah Parompa Sadun
Pada masa nenek moyang, kehidupan masih sangat
sederhana atau primitif, mereka telah memikirkan apa saja yang ada di alam
ini.terutama perhatian mereka kepada yang menyangkut kehidupan.baik kehidupan manusia itu sendiri
maupun kehidupan hewan dan makhluk-makhluk lainnya yang ada di alam ini. Perhatian
mereka, dipandang dari berbagai macam
segi.yang utama adalah soal keajaiban yang sangat berpengaruh, seperti
daun-daunan atau tumbuh-tumbuhan yang dapat menjadi obat untuk menyembuhkan
penyakit. Pohon-pohon sebagai tempat
pelindung. Demikian pula dari berbagai jenis hewan yang tenaganya luar biasa,
yang sangat sayang kepada anaknya,yang selalu membela dan tidak segan-segan
mengadakan perlawanan. Maka dari sinilah diperlambangkan jiwa atau watak
seorang manusia, atau kehidupan duniawi, yang di anggap luar biasa atau
keistimewaan tersenidiri. Dan lambang tersebut digunakan untuk pakaian, untuk
menunjukkan kesaktian atau keagungan seseorang. Terkadang kita juga masih
menemukan saudara-saudara kita yang masih terbelakang atau primitive
pada masa sekarang, seperti menggunakan bulu burung dikepalanya, ada yang
membuat taring binatang buas sebagai kalung nya, yang menunjukkan mereka adalah
orang orang yang pemberani berburu dan berperang. Pandangan dan penghayatan semasa
nenek moyang dalam upacara, bagi orang yang dipandang sakti disegani,
dianugerahilah penghargaan dan sanjungan,dengan menghadiahkan benda-benda untuk
dipakai sebagai pertanda kesaktian bagi seseorang. Seni sederhana sudah
berkembang semasa nenek moyang sebagai pengertiannya, seni ialah rasa indah,
menyenangkan ,dan memenuhi kehidupan manusia.
Untuk menggambarkan kebesaran dan kesatian ini nenek moyang di
daerah tapanuli selatan , mulailah menggambar atau mengukir lambang yang bernilai ini pada kulit-kulit
kayu. Semakin maju pemikiran nenek moyang kita itu, mereka mulai pandai menenun
kain dari bahan kapas, kemajuan ini semakin meningkat dan terarah , maka
perlambag-lambangan yang dianggap baik dan terhormat digambarkanlah corak atau motif
pada kain yang ditenun. Sehingga kain mempunyai corak ornamen atau motif yang
mempunyai derajat atau nilai penghormatan yang tinggi.
Dan penggunaannya diberikan kepada seseorang yang merupakan
penghargaan dan penghormatan dengan upacara adat tradisional. Kain inilah yang
yang mempunyai nilai budaya yang tinggi dipandang masyarakat secara adat. Yang
kemudian terkenal dengan kain adat, yang dinamakan abit Batak, atau abit Godang
atau Ulos ni Tondi. Dan kain ini digunakan menurut adat.
* Fungsi Parompa Sadun
Parompa sadun ialah tenunan masyarakat yang
mempunyai fungsi adat di daerah Tapanuli Selatan yang terkenal dengan julukan
“TONUNAN NI BORU REGAR SIPIROK”, yang terkenal sejak dahulu sampai sekarang,
kain adat ini dihormati dan dihargai penggunaannya, mempunyai nilai kebesaran
dan kemuliaan dalam upacara adat baik siluluton (duka cita) maupun siriaon (suka
cita). Kain ini diberikan oleh pihak mora kepada anak yang baru lahir dan
digunakan untuk menggendong anak. Selain itu juga dipercayai sebagai obat atau
penyembuh bagi anak-anak yang sakit. Dan parompa sadun ini diperuntukkan untuk
anak yang pertama lahir baik laki-laki maupun perempuan. Dewasa ini Parompa Sadun ini juga diberikan
kepada seseorang yang naik pangkat sebagai penghargaan.